Mengangkat Kembali Nilai Adil, Rida, dan Amal Saleh

Oleh : ERIK Kelas 3 SMA SIB tahun 2008

PENDAHULUAN

Di bumi ini, Allah telah menurunkan Al-Quran sebagai kitab suci yang menjadi petunjuk dan pedoman agar manusia bisa hidup saling berdampingan dan tenteram dari zaman Rasulullah sampai hari kiamat kelak nanti, tetapi, dalam kehidupan saat ini perilaku-perilaku tercela malah seringkali mewarnai tindakan sebagian besar masyarakat. Hal ini bisa kita lihat dari tingkat kriminalistas yang semakin tinggi dan banyaknya pelanggaran HAM. Perilaku tercela ini biasanya terpicu oleh terdesaknya tingkat ekonomi dan lingkungan sosial yang tidak tertata dengan baik.

Pada tahun 2005, berdasarkan survey dari Kepolisian Republik Indonesia, diprediksikan kejahatan yang terjadi di Indonesia sekitar 209.673 kasus, sedangkan tahun sebelumnya 196.931 kasus. Persentase penyelesaian kasus, menurut Kapolri, masih sama karena berkisar pada 55 persen dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 56 persen. Selain itu, untuk kejahatan transnasional, seperti korupsi mengalami peningkatan. Korupsi di tahun 2003 masih sebanyak 180 kasus yang terungkap, sementara tahun 2004 sebanyak 191 kasus.

Menurut UNESCO, Indonesia menempati ranking teratas dalam kriminalitas dunia maya atau penyalahgunaan information and communication technology (ICT).Adapun berdasarkan data statistik United Nation 2008, Indonesia berada di peringkat ke-54 dunia dalam banyaknya kasus pembunuhan yakni sebesar 0,9 per 100.000 orang..

Dari data-data statistik ini, seharusnya kita sadar untuk kembali pada jalan yang lurus dengan kembali mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya. Salah satu ibadah yang merupakan perintah Allah adalah melakukan perilaku-perilaku terpuji, seperti adil, rida, dan amal saleh.

PEMBAHASAN

A. Adil

Jika kita perhatikan alam raya sekitar kita, maka akan kita dapatkan
prinsip adil/keseimbangan itu menjadi ciri utama keberlangsungan dunia.
Malam dan siang, gelap dan terang, panas dan dingin, basah dan kering,
bahkan udara tersusun dalam susunan keseimbangan yang masing-masing
pihak tidak ada yang mengambil/mengurangi hak sisi lain.

Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang
lain dalam memberikan hukum. Selain itu, adil juga sering diartikan pula dengan persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang.

Pada masa modern ini sikap adil sangatlah kita perlukan kembali agar manusia mampu memberikan hak kepada diri sendiri dan orang lain sesuai dengan perannya dan tidak melanggar Hak Asasi Manusia. Seperti yang dijelaskan Al Qur’an dalam surah Ar-Rahman / 55:7-9.”Dan Allah telah meninggikan langit-langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) supaya kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”

Sikap adil/moderat akan menjamin kelangsungan sebuah konsep. Sebab sikap
berlebihan yang meskipun dibutuhkan suatu saat ia tidak akan tahan lama. Kita harus menyadari bahwa sikap adil ini akan memberikan keistimewaan dan keuntungan pada diri kita sendiri, keluarga, bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa.

B. Rida

Kata rida berasal dari bbahsa Arab yang artinya rela dan menerima denga suci hati. Menurut istilah rida berarti menerima dengan rasa senang apa yang diberikan oleh Allah baik berupa pertauran,huum, ataupun qada dan qadar atau ketentuan nasib.

Mengacu pada pengertian rida menurut istilah seperti tersebut di atas, rida dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Rida terhadap hukum (peraturan) Allah SWT. Orang yang rida terhadap hukum Allah SWT tentu akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-NYA, dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan rasa senang, tidak merasa terpaksa atau dipaksa (Detailnya pada A.S At-Taubah 9: 59)

2. Rida terhadap qada dan qadar Allah SWT yang berkaitan dengan nasib. Orang beriman yang bijaksana akan menerima qada dan qadar Allah SWT yang berupa kenikmatan dengan rasa syukur, dan yang berupa kemalangan dengan sabar dan tawakal.

Kejahatan yang disebabkan oleh tertekannya ekonomi dan cobaan-cobaan Allah lainnya tak akan terjadi apabila sesorang berbuat rida, karena orang tersebut akan menerima ujian tersebut dengan ikhlas. Kemudian hal yang akan mereka lakukan adalah berusaha dan bertawakal kepada Allah SWT.

  1. Amal Saleh

Menurut pengertian kebahasaan amal berarti perbuatan dan saleh berarti baik. Jadi amal saleh berarti perbuatan yang baik baik perbuatan lahir dan batin. Amal saleh ini merupakan suatu kata yang memiliki arti yang sangat luas.

Pada masa modern ini, kita haruslah berproduktif dalam amal saleh kita agar terhindar dari godaan syetan dan keburukan-keburukan.

Beberapa riwayat menjelaskan sababul-wurud hadis ini. Muhammad bin Ziyad meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. berkhutbah seraya mengatakan, “Wahai manusia, telah diwajibkan kepada kalian haji.” Seseorang bertanya, “Apakah tiap tahun, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. berdiam tidak menjawab sampai orang itu mengatakannya hingga tiga kali, lalu beliau bersabda, “Kalau aku katakan ‘ya’ tentu akan menjadi wajib (haji tiap tahun) dan kalian tidak akan mampu melakukannya.” Beliau melanjutkan, “Biarkanlah aku (jangan ditanya) tentang apa yang aku tinggalkan (tidak aku jelaskan). Karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena banyak bertanya dan menyalahi para nabi mereka. Jika aku memerintahkan sesuatu maka kerjakanlah seoptimal kemampuan kalian dan jika aku melarang kalian dari sesuatu maka tinggalkanlah.”

Dari hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah r.a. dan sababul wurud-nya ini, kita dapat menarik arahan bahwa Islam menghendaki umatnya menjadi manusia produktif dengan amal saleh. Umat saat ini diliputi permasalahan yang amat kompleks. Dari mulai korupsi yang semakin menggila, kemaksiatan yang semakin demonstratif, pengangguran yang semakin membengkak, dan belum lagi problem-problem yang dicurahkan oleh pihak asing ke dalam negeri kita. Ini semua menuntut penyelesaian yang serius dan penanganan yang penuh kesabaran.

Apabila amal saleh itu dikerjakan dengan niat dan ikhlas karena Allah, sesuai dengan ketentuan ajaran dan ilmunya, tentu akan mendatangkan kebaikan-kebaikan baik bagi kehidupan di alam dunia maupun di akhirat nanti, sedangkan orang yang berbuat perilaku-perilaku tercela itu akan mendapatkan balasannya dari Allah SWT yang berupa api neraka.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari artikel yang berjudul “Mengangkat Kembali Nilai Adil, Rida, dan Amal Saleh dalam Kehidupan Modern”, yakni :

1. Pada beberapa tahun belakang ini, tingkat kriminalitas yang menyangkut pelanggaran Hak Asasi Manusia semakin meningkat.

2. Dengan adanya hal ini, kita harus kembali pada jalan yang benar dengan mengikuti pedoman kita, yakni Al-Quran.

3. Kita harus tersadar untuk mengangkat kembali nilai-nilai perilaku terpuji seperti adil, rida, dan amal saleh.

4. Barang siapa yang melaksanakan dan menggunakan prinsip adil, rida, dan amal saleh dalam kehidupan sehari-hari kelak akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat

Referensi

· Buku Pendidikan Agama Islam SMA kelas XII Penerbit Erlangga

· http://www.tempointeraktif.com

· http://awan965.wordpress.com/

· http://www.geocities.com/

Leave a comment